BATU BARA, Buser Presisi.Com - Peristiwa menggemparkan terjadi di sebuah warung kopi milik Siallagan, Dusun VIII, Desa Panjang, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, menyisakan luka dan kekecewaan dalam hati masyarakat. Sebuah perkelahian brutal pecah gara-gara persoalan utang senilai seratus ribu rupiah,
Dalam perkelahian itu, mengutip Ucup News.com, yang menjelaskan bahwa akibat perkelahian itu, Makmur Purna (38), seorang warga setempat, bersimbah darah akibat ditusuk dan dikeroyok. Pada Jum,at (21/6/2024).
Awal mula keributan terjadi ketika AS, yang merupakan pihak yang menagih utang, datang membawa pisau ke warung kopi tersebut. Tanpa diduga, situasi semakin memanas ketika AS kembali bersama dua temannya, JP dan A, kali ini membawa kayu, dan langsung melakukan penyerangan.
Ini merupakan manifestasi dari kemarahan yang dibawa lebih dari sekedar tentang uang, melainkan sikap dan ego antara dua belah pihak. Warga sekitar, yang merasa ketakutan dengan kejadian ini, memilih untuk melarikan diri daripada mengintervensi, menambah pahitnya realitas tentang solidaritas sosial di tengah konflik.
Kondisi Makmur Purna setelah kejadian tersebut sangat mengenaskan. Menurut testimoni korban, tidak ada satu pun orang berani memisahkan pertikaian tersebut, sehingga ia harus menderita luka yang mendalam di berbagai bagian tubuh, termasuk kepala, pinggang, tangan, dan paha.
Erika Br Purba, kakak kandung korban, menyatakan bahwa hatinya hancur melihat adiknya dikeroyok hingga berlumuran darah. "Aku mengkhawatirkan kondisi adikku yang harus dirujuk ke rumah sakit lain akibat luka yang parah. Kata Erika.
Dalam menghadapi kejadian ini, reaksi warga dan keluarga korban mencerminkan kerentanan masyarakat terhadap kejadian kekerasan. Harapan untuk keadilan dan rasa aman menjadi sorotan utama dalam benak mereka.
Di lain sisi, pihak Polsek Labuhan Ruku langsung melakukan tindakan penyelidikan di RSUD Batu Bara untuk mengumpulkan informasi dan mencari tahu lebih lanjut mengenai insiden tersebut.
Tokoh masyarakat (Tomas) meminta, Langkah ini diharapkan dapat mengungkap kenapa sebuah persoalan ringan mengenai utang dapat berescalasi menjadi kekerasan fisik hingga berujung pada tragedi berdarah.
Tomas juga menambahkan, bahwa kasus ini tidak hanya menyoroti tentang masalah utang piutang semata, tetapi juga menggambarkan betapa mudahnya ketegangan sosial dapat memicu kekerasan dalam masyarakat. Dalam sebuah era dimana toleransi dan pengertian seharusnya menjadi fondasi interaksi sosial, realita di lapangan seringkali memberikan gambaran yang berbeda.
"Kejadian di warung kopi milik Siallagan ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya penyampaian aspirasi dan konflik secara lebih sehat dan konstruktif. (SURYONO).
0 comments:
Posting Komentar