BATU BARA, Buser Presisi. Com - Sungguh menggemparkan apa yang terjadi baru-baru ini di SMA Negeri 8 Medan! Sebuah kejadian yang harus kita perhatikan bersama, bukan hanya sebagai isu individual, tapi sebagai suatu refleksi dari kondisi dunia pendidikan kita saat ini.
"Memasuki era informasi yang serba cepat, kasus seperti ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Seorang oknum pendidik diduga menutupi aib diri sendiri dengan mengorbankan masa depan anak didiknya.
Mestinya hal ini, sebuah tindakan yang seharusnya tidak pernah terjadi dalam dunia yang mendewakan pendidikan sebagai lentera masa depan." Kata Ketua Badan Peneliti Independen Kekayaan Penyelenggara Negara Pengawas Anggaran Republik Indonesia (BPI KPNPA RI) Batu Bara, Ali Umar SH, di Kantornya Tanah Merah.
Menurut Umar, dirinya hanya merespon Postingan Video Al-ridwansyah dengan link, snackvideo.com/p/z5PjbWBu, yang lagi viral, bahwa di ada kesan untuk menutupi aib sendiri dengan mengorbankan masa depan siswa, itulah yang diduga dilakukan oleh oknum pendidik di SMA Negeri 8 Medan.
Seharusnya, pendidik adalah orang yang melindungi, membimbing, dan mendorong siswanya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, bukan malah menjadi penghalang kesuksesan mereka.
"Akibat dari perbuatan ini sangatlah jelas masa depan siswa menjadi taruhan. Contoh kasus yang menimpa anak Roky Indra adalah salah satu bukti nyata dari kerugian yang bisa terjadi. Seorang siswi berprestasi tidak naik kelas hanya karena ketidakadilan yang dibuat-buat oleh sekolah, akibat tindakan pembalasan karena orangtuanya berani berbicara tentang kebenaran." Jelas Umar.
Lanjut Umar, dalam vidio itu, Roky mengunjungi SMA Negeri 8 Medan untuk membongkar dugaan kasus pungli yang terjadi di sekolah tersebut.
Ketakutan akan pengorbanan masa depan anaknya yang tidak adil karena alasan absen menjadi titik awal Roky beraksi.
Bahwa Pernyataan Roky tentang praktik korupsi dan pungli yang dilakukan oleh kepala sekolah menunjukkan betapa sistem yang rusak bisa merugikan banyak pihak, terutama siswa yang tak berdosa.
"Kasus yang menimpa SMA Negeri 8 Medan dan keluarga Roky Indra bukan hanya masalah individual. Ini adalah cerminan dari permasalahan yang lebih luas yang terjadi di dunia pendidikan kita.
Ini adalah momen kritis yang harusnya memicu kita semua, baik itu pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat, untuk bergerak bersama dalam melawan praktik korupsi di dunia pendidikan. Kejadian ini telah menciptakan preseden buruk yang seharusnya tidak pernah terjadi lagi di masa depan." Paparnya
Alasannya jelas tegas Umar, bahwa dunia pendidikan kita membutuhkan perombakan dan pembersihan dari semua praktik korupsi dan ketidakadilan.
Keberanian Roky Indra dalam
menghadapi ketidakadilan yang menimpa anaknya harus menjadi inspirasi kita semua.
"Untuk tidak tinggal diam menghadapi ketidakbenaran. Sudah saatnya kita semua bersama-sama memastikan bahwa pendidikan benar-benar menjadi sarana pemberdayaan dan keadilan untuk semua anak bangsa. Tutup Umar. (SURYONO).
0 comments:
Posting Komentar